SELAMAT DATANG DI BLOG FAUZA KHAIR MAYA, DAPATKAN PENGETAHUAN BARU DAN SHARING ILMU

Senin, 25 Februari 2013

Shubuh di masa kecilku...segelas teh panas dan nasehat kehidupan


Bekasi, 27 Juli 2011
                    
Kala lantuan ayat suci alquran ku dengar di mushalla-mushalla dekat kosan ku...membuat pikiranku  melayang, menembus ruang-ruang memoriku..
ya.. Ku teringat kenangan masa kecil, masa-masa dimana aku dan saudar-saudaraku yang dipaksa untuk sholat shubuh berjama'ah diMushalla, dan itu suatu keharusan, jika tidak bangun, "rasakan cubitan maut" sakitnya minta ampun, dan tidak boleh terlambat (masbuq).

Aakhirnya kakak beradik itu beradu lari paling cepat, berlari sekencang kencangnya, agar tidak ketinggalan rakaat pertama, pulang sholat shubuh setelah bersalaman dengan amak tentunya terlebih dahulu, baru dengan ibu-ibu yang lain...kita pulang, dan sering agak meribut di jalan (maklum anak2). sering ku menatap bintang dan bulan di langit, sungguh keindahan dikala shubuh.....

habis shubuh "amak" selalu membuatkan teh satu gelas besar dan akan dibagikan untuk anak2nya, dan sang ayah mulai memberikan nasehat-nasehat dan petuah kehidupan...

Kenangan kecil di masa kecil, sampai diriku selesai dari sekolah menengah tingkat pertama, sebuah cubitan kecil sering juga kurasakan, karena dingginnya subuh membuatku malas untuk membuka selimut, tapi sang ibu tidak pernah berhenti, pokoknya harus, harus sholat di Musholla dan tidak boleh tidak, dan tidak boleh pula ketinggalan rakaat pertama, kalau sudah ketinggalan, malunya 'alamak...beban moralnya saja, walaupun "amak" pun tidak akan marah...

Segelas teh panas itu sungguh sangat kurindukan sekarang, segelas teh panas, yang memberikan kehangatan, dan kehangatan itu bukan hanya kehangatan air yang panas, tapi sebuah kehangatan dari kasih sayang sang ibu...

HIU KECIL KEHIDUPAN



Dikutip dari buku “ Setengah Berisi, Setengah Kosong” Parlindungan Herlembang

Seorang sahabat mengirimkan kisah menarik tentang upaya nelayan Jepag untuk mempertahankan ikan agar tetap segar sampai ke tangan pelanggan.

Akhir-akhir ini sudah sangat sedikit ikan yang ditangkap di perairan dekat pantai sehingga nelayan harus pergi melaut ketempat yang agak jauh. Akibatnya, ikan yang tiba di pantai diterima pelangga sudah tidak segar lagi, harga pun jatuh. Untuk mengatasi hal itu, paguyuban nelayan disana mengusahakan freezer dibawa ke atas perahu, agar sekalipun ikan tersebut telah mati, namun tetap beku dan tidak busuk. Upaya itupun ternyata tidak juga memuaskan pelanggan penikmat ikan segar. Mereka mengatakan cita rasa ikannya telah berkurang karena sudah mati dan dibekukan. Akibatnya, harga ikan pun semakin merosot tajam, karena tidak dalam keadaan hidup.
Langkah berikutnya yang ditempuh nelayan disana adalah dengan membawa tangki-tangki yang agak besar ketika melaut. Ikan-ikan yang telah dijaring selanjutnya dimasukkan kedalam tangki-tangki tersebut. Setelah sekian lama, ikan-ikan tersebut berdesak-desakan dan saling bertabrakan, lama kelamaan ikan tersebut lemas namun tetap hidup ketika dibawa ke pantai. Namun masyarakat jepang tetap tidak suka menikmati ikan lemas, karena cita rasanya berbeda dengan ikan segar.

Paguyupan nelayan jepang kembali berfikir keras tentang bagaimana supaya ikan yang ditangkap tetap hidup dan segar. Usaha berfikir keras itu ternyata menumbuhkan ide yang luar biasa. Kini ketika nelayan melaut, mereka tetap membawa tangki, namun jumlah ikan yang dimasukkan kedalamnya agak dikurangi, Uniknya lagi setelah ikan dimasukkan ketangki dan siap dibawa ke pantai, para nelayan itu memasukkan hiu kecil kedalam setiap tangki. Ikan hiu itu memang memakan ikan-ikan yang ada di dalam tangki, namun tidak banyak. Sementara ikan-ikan lain lari dikejar-kejar hiu yang berada dalam tangki itu. Alhasil, ikan-ikan tersebut tetap dalam kondisi siaga dan takut yang tanpa disadarinya telah tiba di pantai. Pelanggan merasa puas memperoleh ika yang tetap hidup dan segar.

“Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa kita masih hidup” demikian seorang filusuf pernah bertutur.
Jika dicermati lebih jauh, memang tidak satu tempat pun di dunia ini yang bebas dari tantangan. Tantangan sesungguhnya membuat seseorang semakin matang dan dewasa dalam perkembangan mental. Tantangan yang dilakoni dengan baik akan memberikan pembelajaran yang paling berharga bagi kehidupan seseorang.

Anak-anak yang terlalu enak menikmati fasilitas orang tuanya, terkadang memiliki mentalitas yang rapuh ketika harus berhadapan dengan situasi kritis dalam kehidupannya kelak. Karyawan yang hanya menjalankan rutinitas pekerjaannya tanpa ada dinamika kerja tentu akan mematikan semangat untuk mengembangkan kompetensi yang lebih tinggi lagi. Para pemimpin yang manja dan berharap tidak ada konflik pekerjaan akan memunculkan kompetensi yang kerdil dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukannya. Bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang bebas tantangan akan membuat Negara tersebut sulit berkembang.

Motivasi akan memberikan kita keinginan dan dorongan maksimal. Pelatihan akan memberikan kita cara menghadapi tantangan dan gabungan antara motivasi dan pelatihan akan memberikan ide-ide kreaktif untuk melewati tantangan. Diatas itu semua, komitment, disiplin, dan tanggung jawab akan membekali kita dalam menghadapi masa-masa sulit kehidupan.

Apakah saat ini kita menghadapi tantangan yang begitu berat dipekerjaan, keluarga atau ekonomi? Tidak ada tantangan yang terlalu kecil untuk dilalui, demikian pula tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk dilewati. Semua lika liku kehidupan sesungguhnya telah diatur Sang Khaliq sehingga tidak melewati batas kemampuan  kita sebagai manusia. Kita tidak dapat menentukan arah angin kehidupan, akan tetapi kita pasti dapat mengatur layar dan bahtera kehidupan  dengan maksimal. Ketika tantangan kehidupan dirasakan begitu ringan dan belum ada dinamika lika liku yang dirasakan, mungkin kita memerlukan hiu-hiu kecil kehidupan yang membuat kita tertantang.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...
QS. Albaqarah : 286